Senin, 28 November 2011

SALPINGITIS

1.      Definisi
Salpingitis merupakan radang pada saluran indung telur (tuba fallopii). Ada salpingitis akut dan ada salpingitis kronik.

2.      Penyebab

Salpingitis akut kebanyakan disebabkan oleh infeksi gonore. Salpingitis kronik
dapat berbentuk sebagai piosalping, hidrosalping atau salpingitis ismika nodosa.
Pada salpingitis akut perlu dipikirkan kemungkinan kehamilan ektopik atau
apendisitis sebagai Diagnosis banding.

  1. Gejala
Gejala Salpingitis Akut:
  • Demam.
  • Nyeri hebat di bagian perut bawah.
  • Nyeri perut makin hebat saat batuk, bersin.
  • Nyeri perut makin hebat saat pipis, buang air besar.
Gejala salpingitis kronik (menahun):
  • Sering nyeri perut bawah.
  • Sering sakit punggung bawah.
  • Nyeri pada saat berhubungan seksual.
  • Nyeri pada saat buang air besar/kecil.
  • Sering demam ringan.
  • Saat menstruasi banyak darah yg keluar.
  • Lamanya nyeri makin lama makin bertambah.
  • Bau tidak sedap dari vagina. 
  1. Diagnosis
Diagnosis salpingitis dilakukan dengan :
  • Pemeriksaan pelvis.
  • Kultur swab cervix.
  • Laparoscopy.
  • Kultur swab dari laparoscopy.

Dapat terjadi kesalahan diagnosis salpingitis dengan beberapa penyakit yang memiliki gejala hampir sama seperti :
  • Usus buntu.
  • Hamil diluar kandungan.
  • Radang panggul.
  • Salpingo-ooporitis.
  • Septic abortion.
  • Kista ovarium koyak.
  • Abses di tuba ovary.
  • Degenerasi leipmyoma.
  • Diverticulitis.
  • Cystitis.
  • Tuberculous salpingitis.
Penanganan Salpingitis:
  • Dirawat di rumah sakit.
  • Diberi antibiotic.
  • Antibiotic intravena.
  • Drainase dengan pembedahan untuk mengeluarkan pus atau cairan.
  • Pengangkatan tuba falopii.
  1. Penatalaksanaan
  • Pasien dianjurkan untuk tirah baring pada posisi Fowler.
  • Berikan antibiotika spektrum luas dalam dosis yang tinggi.
  • Ampisilin 2 g i.v, kemudian 1 g setiap 6 jam.
  • ditambah Gentamisin 5 mg/kgBB i.v dosis tunggal/hari dan Metronidazol.
  • 500 mg i.v setiap 8 jam.
  • Lanjutkan antibiotika ini sampai pasien tidak panas selama 24 jam.
  • Pilihan lain Ampisilin 3,5 gram per oral, disusul dengan 500 mg 4 x sehari
    selama 7 – 10 hari. Probenesid 1 gram sehari diberikan per oral baik pada
    alternatif pertama maupun kedua.
  • Pilihan lain : Doksisiklin 100 mg 2 x sehari selama 10 hari.
  • Jika pasien menggunakan AKDR, maka AKDR tersebut harus dicabut.
  • Jika tata laksana ini tidak menolong, pasien sebaiknya dirujuk.

6.      Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul akibat salpingitis:
  • Tuba falopi tersumbat.
  • Subfertil.
  • Pus di tuba falopi.
  • Cairan di tuba falopi
  • Bengkak
  • Radang selaput perut
  • Pelvis bengkak
  • Jaringan parut di pelvis
  • Perlengketan di pelvis

 

KELAINAN PADA OVARIUM



SALPINGITIS AKUT
Salpingitis menjalar ke ovarium hingga juga terjadi oophoritis. Salpingitis dan oophoritis diberi nama adnexitis.
Etiologi :
Paling sering disebabkan oleh gonococcus, disamping itu oleh staphylococ, streptococ dan bacil tbc. Infeksi dapat terjadi sebagai berikut :
a) Naik dari cavum uteri
b) Menjalar dari alat yang berdekatan seperti dari appendiks yang meradang
c) Haematogen terutama salpingitis tuberculosa
Gejala-gejala
  • Demam tinggi dengan menggigil.
  • Nyeri kiri dan kanan di perut bagian bawah terutama kalau ditekan
  • Defense ki dan ka di atas lig Poupart
  • Mual dan muntah; jadi ada gejala abdomen akut karena terjadi perangsangan peritoneum.
  • Kadang-kadang ada tenesmi ad anum karena proses dekat pada rectum atau sigmoid.
  • Toucher : nyeri kalau portio digoyangkan, nyeri kiri dan kanan dari uterus, kadang-kadang ada penebalan dari tuba, tuba yang sehat taj dapat diraba.
  • Harus diketahui bahwa tekanan pada ovarium selalu menimbulkan nyeri walaupun tidak meradang.


MENORRHAGI DAN DYSMENORRHOE
Sekunder biasanya terjadi oophoritis. Salpingoophoritis lebih sering disebut adnexitis.
Karena adnexitis, terjadi perlekatan dengan usus yang dapat diraba sebagai tumor. Jadi tumor ini merupakan tumor radang dan disebut “adnex tumor”. Tumor dari ovarium sendiri disebut tumor ovarium. Kadang-kadang terjadi pyosalpinx dan pyovarium dan setelah pus diabsorpsi terjadi hydrosalpinx. Kalau tekanan dalam hydrosalpinx cukup besar maka cairan dapat mencari jalan ke dalam cavum uteri, maka sekonyong-konyong keluar cairan dari genitalia penderita (hydrops tubae prfluens).
Kejadian ini dapat berulang. kalau nanah masuk ke dalam rongga perut melalui ostium tubae abdominale maka terjadilah pelveoperitonitis atau Douglas abses. Douglas abses dan peritonitis kadang-kadang terjadi karena pyoslapinx pecah walaupun ini jarang terjadi. Peritonitis gonorrhoica mempunyai tendens untuk tetap terlokalisasi tidak menjadi peritonitis umum. Pada salpingitis gonorrhoica tubae yang menjadi berat jatuh dalam cavum Douglasi dan menimbulkan retroflexio uteri fixata. Kalau ini terjadi maka pada toucher cavum Douglasi nyeri tekan dan juga pada coitus penderita mengalami perasaan nyeri (dyspareunia).

Diagnosa
a.       Kehamilan ektopik
b.      Appendicitis
Terapi :
-          Istirahat, broad spectrum antibiotica dan corticosteroid.
-          Usus harus kosong


ADNEXITIS KRONISA
Adnexitis kronis terjadi :
a) Sebagai lanjutan dari adnexitis akut.
b) Dari permulaan sifatnya kronis seperti adnexitis tuberculosa.
Gejala-gejala
  • Anamnetis telah menderita adnexitis akut
  • Nyeri di perut bagian bawah : nyeri ini bertambah sebelum dan sewaktu haid. Kadang-kadang nyeri di pinggang atau waktu buang air besar.
  • Dysmenorrhoe
  • Menorrhagi
  • Infertilita
Diagnosa
Dengan toucher dapat teraba adnex tumor. Adnex tumor ini dapat berupa pyosalpinx atau hydrosalpinx. Karena perisalpingitis dapat terjadi perlekatan dengan alat-alat sekitarnya. LED meninggi dan biasanya ada leko disebut salpingitis isthmica nodosa dimana proses radang hanya nampak pada pars isthmica berupa tonjolan kecil yang dapat menyerupai myoma. Adnexitis pada seorang virgo harus menimbulkan kecurigaan pada adnexitis tuberculosa.
Terapi :
- Antibiotika dan istirahat
- UKG
- Kalau tidak ada perbaikan dipertimbangkan terapi operatif
TUMOR OVARIUM
Berbagai jenis tumor ovarium pada komplikasi kehamilan. Insidensi tumor pada kelainan sel yang terjadi pada kelompok beberapa usia diketahui melalui pemeriksaan USG secara rutin selama kehamilan. Dari hasil kilas balik KAT 2 dan kawan-kawan tahun 1983 menemukan rata-rata insidensi pada masa adneksal 1-200 kehamilan. Whitecar dan asosiasi (1999) melaporkan insidensi pada 1300 kehamilan dengan tumor dilakukan laparotomi. Koonings dan rekan kerja (1988) dilaporkan pada satu neoplasma adneksa pada setiap 197 persalinan sectio caesarea.
Kebanyakan tumor ovarium dan gangguan sel Whitecar dan asosiasi (1999) menjelaskan 130 masa adneksal diagnosa selama kehamilan, 30% terutama gangguan sel 28% serous or mucinous cystadenomas, 13% korpus luteal dan 70% gangguan sel lainnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar